Jember (pewarta-jatim.com) - Universitas Jember melalui Lembaga Penelitian
membangun cluster singkong di Jember.
Pembangunan cluster singkong ini
ditandai dengan peresmian pabrik chip
Mocaf (Modified Cassava Flour) di
Dusun Krajan, Desa Purwosari, Kecamatan Gumukmas, dan panen raya singkong di
Dusun Kalimalang, Mojomulyo, Kecamatan Puger (31/8). Menurut Ketua Lembaga
Penelitian Universitas Jember, Prof. Dr. Achmad Subagio, pabrik chip Mocaf di
Gumukmas ini mampu mengolah 10 hingga 14 ton singkong perharinya. “Pabrik ini
mendapatkan pasokan singkong dari para petani binaan kami yang tersebar dari
Kecamatan Puger di Jember sampai Pasirian di Kabupaten Lumajang,” ujar pakar
Mocaf ini.
Pembangunan cluster singkong ini diharapkan mampu meningkatkan pendapatan
petani, sekaligus memanfaatkan lahan marginal seperti di sepanjang Jalur Lintas
Selatan (JLS) yang umumnya tanah berpasir. Pasalnya pihak koperasi Harapan
Makmur Bersama, sebagai pengelola pabrik menggunakan sistem kemitraan dengan
memberikan bibit dan pupuk kepada petani, sekaligus menampung hasil panen
singkongnya. “Kami membeli singkong petani sesuai denganh harga pasar, yakni
Rp. 1.050 per kilogramnya,” jelas M. Hasan, pengurus koperasi. Bukan hanya itu
saja, pabrik chips Mocaf ini juga
menampung 100 pekerja setiap harinya.
Untuk menjaga ketersediaan pasokan, saat ini
sudah ada 30 hektar lahan yang sudah ditanami singkong, yang dalam minggu ini
tengah panen raya. Menurut Achmad Subagio, rencananya secara bertahap lahan singkong
yang akan dibuka seluas 200 hektar. “Selain menghasilkan chip Mocaf, pabrik ini juga menghasilkan tapioka. Sementara kulit
singkongnya untuk pakan ternak dan limbah airnya diolah menjadi pupuk cair.
Jadi tidak ada yang terbuang percuma,” tuturnya lagi.
Pembukaan
cluster singkong ini dipuji Santoso
Yudo Warsono, Direktur Inovasi Industri, Ditjen Penguatan Inovasi
Kemenristekdikti yang turut hadir. Menurutnya, cluster singkong yang dibangun dan dikembangkan oleh Universitas
Jember menjadi contoh bagaimana sebuah penelitian berhasil diaplikasikan, dan
memiliki kemanfaatan langsung kepada masyarakat. Pendapat ini didukung oleh
Kusyanto, Kepala Bidang Ubi-ubian,
Direktorat Aneka Kacang dan Ubi-ubian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
Kementerian Pertanian. “Dalam rencana strategi pangan nasional, hingga tahun 2045 nanti,
singkong menjadi tanaman pangan strategis selain padi, jagung dan kedelai. Oleh
karena itu pengembangan cluster singkong ini patut didukung,” katanya.
Pengembangan cluster singkong di Jember juga
didukung oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP), Kementerian Pertanian, seperti yang
diungkapkan sendiri oleh Kepala BKP, Gardjita Budi. Menurutnya komsumsi beras
di Indonesia masih tinggi, oleh karena itu perlu diimbangi dengan diversifikasi
pangan, salah satunya adalah pengembangan singkong dan produk turunannya
sebagai alternatif pengganti beras. Sementara itu, Komisaris Utama PT. Tiga
Pilar Sejahtera, Anton Apriantono, menyampaikan kesanggupan perusahaannya untuk
menerima produk chip singkong dari cluster ini. “Syaratnya, mutu dipertahankan,
dan kontinuitasnya dijaga, karena pabrik kami perlu pasokan yang teratur,” ujar
mantan Menteri Pertanian era SBY ini.
Ditemui terpisah, Rektor Universitas Jember,
Moh. Hasan, menegaskan komitmen Universitas Jember untuk mengembangkan
penelitian yang mampu memberikan kemanfaatan bagi masyarakat. Khususnya di
bidang pertanian dan perkebunan mengingat letak Universitas Jember yang berada
di daerah agraris. “Kami sudah mengembangkan tebu tahan kering, dan kini cluster singkong. Saat ini yang sedang
kita kembangkan adalah Golden Rice bekerjasama dengan Kyungpook University
Korea Selatan, padi yang mengandung vitamin A,” kata Moh. Hasan.
Untuk diketahui, pengembangan cluster singkong ini juga didukung oleh
pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang memberikan dana
penelitian kepada para peneliti di kampus Tegaboto sebesar 1,4 milyar rupiah. Sementara
The Commonwealth Scientific and Industrial
Research Organisation (CSIRO) Australia, membantu program implementasi
cluster singkong di masyarakat. CSIRO adalah lembaga pemerintah Australia yang
membidangi penelitian di bidang riset pertanian, perubahan iklim dan irigasi.
Hingga tahun 2018 nanti, CSIRO akan menyokong cluster singkong dengan dana sebesar 2,8
milyar rupiah. (iim/hen)
Posting Komentar