“Saat
mengunjungi kampus Universitas Thammasat, saya terkejut mendapatkan sambutan
dengan Bahasa Indonesia yang fasih oleh mahasiswa di sana,” jelas Brahma Mahendra
mengenang pengalamannya mengunjungi salah satu kampus terbaik di Thailand yang
berkampus di Bangkok itu. Brahma adalah salah satu mahasiswa yang berkesempatan
mengikuti program Indonesia Youth Culture Exchange (IYCE). Program yang mengajak seluruh pemuda yang ada di Indonesia untuk berpartisipasi memperkenalkan budaya Indonesia di Thailand. Tema
yang diusung kali ini adalah “Strengthening the Role of Youth to
Preserve the Cultural Heritage of ASEAN”.
Kemampuan
mahasiswa Thailand berbahasa Indonesia ternyata tidak lepas dari kebijakan kampus
yang mewajibkan mahasiswanya untuk mengambil mata kuliah bahasa yang digunakan
oleh negara anggota ASEAN. “Dan ternyata mata kuliah Bahasa Indonesia adalah
mata kuliah yang paling favorit diantara bahasa yang dipakai oleh negara
anggota ASEAN lainnya,” kata Brahma yang tinggal di Thailand dari tanggal
22 hingga 27 Januari 2016. Di kampus Universitas Thammasat, Brahma bersama
rombongan dari Indonesia melakukan banyak diskusi dengan koleganya dari
Thailand, termasuk membahas MEA.
Dari diskusi tersebut, ternyata ketertarikan untuk
belajar Bahasa Indonesia ini didukung oleh kenyataan bahwa dalam organisasi ASEAN
ada tiga negara yang memakai Bahasa Indonesia atau Melayu, yakni Indonesia, Malaysia
dan Brunai Darussalam. Maka mahasiswa yang belajar Bahasa Indonesia berarti
juga punya kesempatan jika nanti akan bekerja di Malaysia dan Brunai Darussalam,
selain tentunya di Indonesia. “Kita patut bangga Bahasa Indonesia mendapatkan
apresiasi yang baik dikalangan mahasiswa Thailand, namun di lain sisi ini
menjadi tantangan bagi kita untuk mempelajari bahasa negara anggota ASEAN
lainnya, agar kita juga mampu bersaing di era MEA,” kata mahasiswa angkatan
2012 ini. Saat di Bangkok, Brahma dan kawan-kawan juga menyempatkan
diri mengunjungi istana raja Thailand, Grand Palace serta dua kuil Budha terkenal, Wat Arun dan Wat Poo. Rombongan juga
mendapatkan kehormatan untuk mengunjungi Kedutaan Besar RI di Bangkok.
Sebelum
mengunjungi Bangkok, Brahma dan kawan-kawan dari Indonesia tinggal di desa yang
bernama Baa Natonchan, Provinsi Sukhothai, guna tinggal
bersama keluarga Thailand. Selama tiga
hari, Brahma dan kawan-kawan hidup di keluarga (host family) di Desa Baa Natonchan untuk mempelajari bahasa, adat
istiadat serta budaya Thailand. Desa Baa Natonchan sendiri adalah salah satu
desa di daerah Thailand tengah yang sudah ditetapkan sebagai World Heritage Site. “Desa ini terkenal karena menjadi lokasi situs peninggalan
kerajaan Sukothai yang bernama Si Satchanalai Historical Park,” imbuh
Brahma yang aktif di BEM FKM Universitas Jember.
Walau berbeda bahasa dan budaya, keakraban
antara perwakilan pemuda Indonesia dengan warga Desa Baa Natonchan terjalin
dengan baik. Kegiatan keseharian seperti memasak makanan khas Thailand, menenun
bahkan kerja bhakti turut diikuti oleh Brahma dan kawan-kawan. “Di malam terakhir, kami mengadakan malam
seni yang menampilkan budaya
Indonesia seperti penampilan lagu tradisional, tarian, drama, dan permainan khas
Indonesia yang mendapatkan
apresiasi dari masyarakat Desa Baa Nantochan. Sungguh sebuah perjalanan
inspiratif yang memberikan pengalaman berharga,” kenang Brahma. ( hum/lut/hen)
Posting Komentar