Jember
(pewarta-jatim.com) - Tiga serangkai Elvira
Fidiana, Anggraini
Sulistiyowati,
dan Bellian Arix Arifin mahasiswa jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Jember berhasil meraih juara dua
dalam ajang lomba beton nasional,
The 1st Green Concrete Competition,
yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Negeri Malang (1/10). Dalam kompetisi
bertemakan Inovasi Agregat
Ringan Sebagai Material Penyusun Beton Ringan Struktural, Ekonomis dan Ramah
Lingkungan, arek-arek Kampus
Tegalboto memanfaatkan
limbah pertanian berupa batok kelapa
dan abu sekam padi sebagai materi penyusun beton.
“Kami sengaja menggunakan campuran limbah pertanian
dan perkebunan sebagai materi
pembuat beton karena banyak terdapat di Jember. Di desa Jenggawah kami menemukan banyak
sekali limbah berupa batok kelapa,
sementara di desa Kertosari banyak pengusaha batubata yang
menghasilkan limbah abu sekam padi,” tutur Elvira yang didampingi kedua rekannya saat ditemui di kampus
Fakultas Teknik (5/10). Mahasiswi berjilbab ini kemudian menjelaskan,
tempurung kelapa bisa dijadikan sebagai
pengganti kerikil batu
pecah dalam pembuatan beton.
Sementara abu sekam padi bisa
digunakan sebagai bahan campuran semen.
Dalam proses
pembuatannya, batok kelapa dihancurkan hingga berukuran 10 dan 20 milimeter
sebagai agregat kasar, sedangkan abu sekam padi berfungsi sebagai agregat
halus. Pemakaian batok kelapa dalam pembuatan beton ini dimaksudkan untuk mengganti
kerikil batu pecah, sementara pemakaian abu sekam padi mampu mengurangi
pemakaian semen, sehingga ongkos produksinya lebih murah. “Walaupun menggunakan
materi batok kelapa dan abu sekam padi, beton ini memiki kekuatan yang baik sehingga dapat digunakan sebagai kolom
pada bangunan berlantai satu. Dan
yang penting aplikasi pembuatannya mudah serta ramah lingkungan,”
tambah Anggraini.
Tidak hanya sesuai
dengan standar pembuatan yang ada, beton berbahan batok kelapa dan abu sekam
padi karya mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Jember juga murah. “Setelah kami
hitung, beton karya
kami bisa menekan biaya pembangunan
rumah hingga
30 persen, jadi seandainya
anggaran biaya membuat rumah adalah 100 juta rupiah maka kita bisa hemat sampai 30
juta,” jelas Bellian, satu-satunya
cowok di tim.
Saat babak final
digelar, ada tujuh tim yang diuji. Dan ternyata performa beton karya mahasiswa
kampus Tegalboto tidak mengecewakan. Dalam uji tekan, beton karya tim Logawa
Syajaah ini mampu menahan kuat tekan hingga 11 MPa. “Beton kami hanya kalah di
uji tekan dari beton karya kawan-kawan dari ITS Surabaya yang menjadi juara
pertama. Beton karya Tim ITS mampu menahan tekanan hingga 20 MPa,” ungkap
Elvira. Sementara juara ketiga diraih oleh tuan rumah, Universitas Negeri
Malang.
Elvira dan
kawan-kawan berharap, beton karya mereka dapat diterima oleh masyarakat luas,
khususnya masyarakat Jember, pasalnya materi penyusun beton sangat melimpah di
Jember. Ditambah kemudahan dalam cara membuatnya. “Kami berencana
menyosialisasikan beton karya kami kepada masyarakat, sembari memperbaiki
kelemahan yang ada,” pungkas Elvira yang diiyakan kedua rekannya. (mun/iim/hen)
Posting Komentar