Jember (pewarta-jatim.com) - Selama ini masyarakat Indonesia
mengenal ikan salmon sebagai salah satu sumber makanan yang mengandung Omega 3,
yang bermanfaat bagi kesehatan. Sayangnya produk kesehatan yang mengandung
Omega 3 dari ikan salmon berharga mahal, pasalnya ikan salmon tidak hidup di
perairan Indonesia. Tidak heran jika produk kesehatan yang mengandung Omega 3
dari ikan salmon didominasi produk impor. Namun siapa sangka jika sebenarnya Indonesia
memiliki kekayaan bahari luar biasa yang tak kalah kandungan Omega 3-nya dengan
ikan salmon ? Ternyata ikan lemuru (Sardinella
longiceps) yang banyak terdapat di perairan Indonesia mengandung Omega 3
yang lebih tinggi daripada ikan salmon, sehingga memiliki potensi besar sebagai
obat dan produk kesehatan.
Potensi ikan lemuru sebagai obat
dan produk kesehatan diungkapkan oleh penelitian tiga mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Jember, Dwi Riski Saputra, Sakti Wibawa dan
M. Idris Kamali. “Dari hasil penelitian Suseno tahun 2014, kandungan EPA ikan
lemuru sebesar 21,77 persen dan DHA sebesar 11,59 persen. Bandingkan dengan kandungan
EPA ikan salmon yang 12,07 persen dengan DHA sebesar 10 persen,” urai Dwi Riski
saat ditemui di kampus FKG (21/10). Kandungan EPA dan DHA adalah penyusun Omega
3. Sayangnya menurut Dwi Riski, walaupun hasil tangkapan ikan lemuru di
Indonesia cukup banyak, namun pemanfaatannya baru sebatas sebagai ikan sardin, bahan
tepung ikan, atau bahan pakan ternak saja.
Kenyataan seperti ini dilihat
tiga serangkai mahasiswa FKG ini di daerah Muncar, Banyuwangi dan Puger,
Jember. “Hasil ikan lemuru di Muncar bisa mencapai enam ton per tahun, tentu
saja ini potensi luar biasa jika bisa diolah sebagai obat dan produk kesehatan
yang pasti tak kalah dengan produk kesehatan berbahan ikan salmon,” tambah
Sakti Wibawa. Potensi ikan lemuru dengan Omega 3-nya mendorong mereka untuk
meneliti minyak ikan lemuru sebagai obat radang sendi temporomandibula. Sendi
temporomandibula adalah sendi yang menghubungkan antara tengkorak dengan
rahang.
“Radang sendi temporomandibula
banyak diderita oleh perempuan, khususnya yang memasuki masa menopouse akibat
perubahan hormonal. Dengan bertambahnya usia, maka densitas serabut kolagen
kartilago pada sendi temporomandibula makin berkurang. Jika tidak diobati, bisa
berakibat fatal mulai pusing berat, tidak bisa menggerakkan rahang, hingga susah
membuka mulut,” tambah Idris menimpali. Saat ini pengobatan radang sendi
temporomandibula dilakukan dengan obat-obatan kimia yang memiliki efek samping,
seperti dapat menimbulkan sariawan pada usus. Dari berbagai kajian pustaka,
Omega 3 diyakini berkontribusi meningkatkan kemampuan tubuh untuk memperbaiki
diri. “Oleh karena itu, kami coba meneliti pemberian Omega 3 dari ikan lemuru
sebagai obat radang sendi temporomandibula, dan hasilnya memuaskan,” kata Dwi
Riski.
Dari penelitian selama tiga
bulan, pemberian minyak ikan lemuru yang mengandung Omega 3 kepada tikus
percobaan membuat serabut kolagen kartilago tikus mengalami perbaikan
signifikan. “Dalam penelitian kami mengekstraksi tiga kilogram ikan lemuru
sehingga menghasilkan enam mililiterminyak ikan, yang kemudian kami injeksikan
secara bertahap ke rahang tikus percobaan,” jelas Sakti Wibawa. Penelitian
mereka dituangkan dalam karya tulis ilmiah berjudul “Pengaruh Pemberian Minyak
Ikan Lemuru (Sardinella longiceps)
Terhadap Densitas Serabut Kolagen Kartilago Sendi Temporomandibula Tikus Yang
Mengalami Osteoartritis”. Karya tulis mereka akhirnya menjadi juara pertama
dalam ajang INDISFO National Research Competition 2016 yang dilaksanakan 9
Oktober lalu di Jakarta. INDISFO adalah ajang kompetisi karya tulis ilmiah yang
diselenggarakan oleh paguyuban FKG se-DKI dan Jawa Barat. Hebatnya lagi, juara
ketiga juga diraih oleh tim dari FKG Universitas Jember, sementara juara kedua
dibawa pulang oleh tim FKG Universitas Hasanuddin Makassar.
Penelitian trio FKG Universitas
Jember ini dipuji oleh dewan juri, pasalnya berhasil memanfaatkan kekayaan alam
bahari Indonesia. Selain itu, pemberian injeksi kepada tikus percobaan dinilai
cukup sulit mengingat rahang tikus berukuran relatif kecil. “Yang membanggakan
bagi kami, dewan juri berpendapat bahwa penelitian ini sebenarnya cukup sulit
bagi mahasiswa jenjang S1, tapi berhasil kami laksanakan,” kata Idris yang
mahasiswa angkatan 2015.
“Namun yang paling penting, kami
sudah berusaha membuka peluang pemanfaatan kekayaan alam bahari kita yang
melimpah ruah berupa ikan lemuru. Harapannya akan muncul inovasi baru berupa
obat dan produk kesehatan berbahan ikan lemuru mengingat kandungan Omega 3-nya
cukup tinggi. Sayang jika kita selalu bergantung pada produk obat dan kesehatan
dari luar negeri, padahal kekayaan alam bahari kita sunguh luar biasa,” kata
Dwi Riski menambahkan.
Prestasi tiga mahasiswa FKG
Universitas Jember mendapatkan apresiasi yang tinggi dari Rektor Universitas
Jember, Moh. Hasan. Menurutnya, rintisan penelitian mengenai potensi ikan
lemuru yang dilakukan oleh mahasiswa FKG bisa ditindaklanjuti oleh mahasiswa
lain, sesuai dengan bidangnya. Apalagi Jember memiliki potensi sebagai
penghasil ikan lemuru. “Penelitian ini terbuka untuk diteruskan menjadi
penelitian lainnya. Misalnya saja mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian
meneliti bagaimana cara mengekstrasi ikan lemuru menjadi minyak ikan yang siap
konsumsi, mahasiswa Fakultas Farmasi menciptakan obat berbahan minyak ikan
lemuru, sementara mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis melihat bagaimana cara
memasarkannya dan seterusnya,” kata Moh. Hasan. (iim/ich)
Posting Komentar