Jember (pewarta-jatim.com) - Bisnis kuliner
menjadi salah satu bidang usaha yang diminati oleh mahasiswa Universitas
Jember. Buktinya dari 33 proposal usaha yang diajukan oleh mahasiswa melalui
Program Wirausaha Mahasiswa (PWM) 2015, 25 proposal bisnis adalah usaha di
bidang kuliner. Lantas apakah benar bisnis kuliner adalah bisnis yang
menjanjikan ? Apakah yang seharusnya diperhatikan bagi mahasiswa yang terjun di
bidang bisnis kuliner ? Dewi Prihatini, PhD, angota Task Force PWM 2015
memberikan tips berbisnis kuliner, seperti yang disampaikan kepada awak Humas
dan Protokol, Syukron Makmun dan Khalida Nadilah. Wawancara dilakukan di
sela-sela kesibukan Dewi Prihatini, PhD melaksanakan kegiatan monitoring dan
evaluasi PWM 2015.
Mengapa mahasiswa Universitas Jember banyak yang berminat
menekuni usaha kuliner ?
Sebenarnya beragam usaha bisa menjadi pilihan
bagi mahasiswa yang ingin mendulang rupiah dari bidang bisnis, memang salah
satunya adalah bisnis kuliner. Bisnis
kuliner merupakan salah satu bisnis yang tidak ada matinya, jenisnya
juga banyak sekali. Bisnis
kuliner itu tidak ada matinya karena tidak ada orang yang tidak
membutuhkan makan.
Mulai dari makanan
pokok hingga makanan pendamping sampai makanan
ringan. Dipandang dari sudut ini, usaha
bidang kuliner menjanjikan keuntungan.
Selain itu modal yang
dibutuhkan relatif kecil.
Untuk memulai bisnis ini tidak harus memiliki modal yang besar, cukup dengan
modal lima ratus ribu rupiah saja sudah bisa jalan. Modal sebesar itu sudah
termasuk untuk belanja peralatan dan bahan baku untuk produksi. Contohnya,
bisnis rempeyek, camilan ataupun makanan ringan lainnya bisa menjadi pilihan.
Tentunya disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan si mahasiswa.
Dalam dunia bisnis kuliner, perputaran uang cendrung lebih
cepat. Hal ini disebabkan kuliner merupakan barang yang cepat habis pakai.
Berbeda halnya dengan bisnis pakaian misalnya, orang beli sekarang mungkin baru
beli lagi beberapa bulan kemudian.
Apakah ini berarti bisnis kuliner lebih mudah
dibandingkan bisnis lainnya ?
Tentu saja
bisnis kuliner juga punya resiko. Makanan memiliki kadaluarsa. Masa kadaluarsa yang relatif
singkat menjadi kendala tersendiri dalam bisnis kuliner. Maka dari itu, mahasiswa harus benar-benar
mempertimbangkan secara matang dalam memproduksi kuliner
tertentu.
Contoh mudahnya begini, mahasiswa memilih berjualan nasi, jika tidak habis dalam jangka
waktu satu hari maka nasi dan lauknya bisa basi alias kadaluarsa dan tidak bisa dijual
lagi, ini artinya kerugian. Oleh karena itu perlu
dipertimbangkan jumlah barang yang diproduksi dengan potensi permintaan. Dengan
demikian bisa menekan jumlah barang yang tidak terjual dan rusak atau basi.
Apa
saran bagi mahasiswa yang akan memulai bisnis kuliner ?
Inovasi. Untuk meningkatkan penjualan dalam
bisnis kuliner diperlukan sentuhan inovasi. Produk yang kita jual harus memiliki nilai
lebih dari kompetitorl
yang lain,
agar bisnis kuliner yang digeluti makin banyak diminati. Karena ingat, dalam bisnis kuliner banyak sekali
pesaingnnya. Seperti halnya jualan nasi, kalau sekedar jualan nasi kurang bagus, namun jika diberi inovasi misalnya layanan siap antar, atau menu yang istimewa pasti jadi beda. (mun/lid)
Posting Komentar