Jember (pewarta-jatim.com) - Usaha kuliner rupanya saat ini banyak
diminati oleh kalangan mahasiswa Universitas
Jember yang
mencoba belajar memulai bisnis. Hal ini
dibuktikan dari 33 usulan usaha yang lolos
mendapatkan dana melalui Program Wirausaha
Mahasiswa (PMW) Universitas Jember,
25 proposal usaha berupa bisnis kuliner. Tengok saja usaha seperti Seblak Abah Pasundan, P-Best
(Pentol Berselimut), Roti Pasir, SITIK (Nasi Stik) dan deretan usaha dengan
nama unik nan kreatif lainnya.
Menurut Dewi Prihatini, PhD, anggota Task Force PMW
Universitas Jember 2015, pada tahap awal tercatat tigaratusan proposal usaha
yang masuk. Proposal usaha ini kemudian wajib melalui dua tahapan seleksi.
Seleksi tahap pertama meliputi kelayakan bussines
plan, kelengkapan administrasi, dan keunikan usaha. Seleksi tahap pertama
meloloskan 95 peserta. Mereka kemudian menjalani seleksi tahap kedua berupa
psikotes dan wawancara. “Pada seleksi tahap kedua ini kami menganjurkan peserta
yang memiliki proposal usaha yang sama untuk berkelompok. Akhirnya ada 33 usaha
yang kita danai,” jelas Dewi di sela-sela kegiatan monitoring dan evaluasi
(monev) peserta PMW 2015 (17/3). Selain usaha kuliner, terdapat juga usaha
layanan kost, peternakan, pertanian dan lainnya.
Selanjutnya Dewi menjelaskan, dalam PMW 2015 ini seluruh mahasiswa yang lolos
seleksi telah mendapatkan bantuan modal sesuai dengan yang mereka ajukan. Saat
ini mereka sudah dalam proses menjalankan usaha sesuai dengan proposal yang diajukan. “Nantinya tiap penerima bantuan modal, wajib
melaporkan perkembangan usaha yang mereka jalankan secara berkala. Untung ataupun rugi mereka wajib
melaporkan pada kami selaku tim Monev, dan jangan lupa mereka punya kewajiban melakukan pengembalian modal,”
ujar dosen Fakultas Ekonomi ini.
Dewi juga mengamati, trend
mahasiswa
terjun dalam dunia usaha
kuliner, karena dalam usaha kuliner relatif tidak diperlukan banyak
modal yang harus diinvestasikan. “Mungkin
cukup dengan modal lima ratus ribu mereka sudah bisa memulai usaha kuliner yang
mereka inginkan, itu sudah termasuk peralatan dan bahannya, tentunya hal ini cukup ekonomis bagi
kantong mahasiswa,” katanya. Dewi
lantas menambahkan, usaha kuliner memang
selalu banyak peminat. Bisnis
makanan itu tidak ada matinya,
karena semua orang butuh makanan,
baik makanan utama atau camilan.
Pendapat Dewi ini dibenarkan oleh salah seorang penerima
bantuan dana PMW 2015, Mika Novilianingtyas. Mika mengaku memilih bisnis bidang kuliner karena
dipandang sebagai usaha yang menjanjikan. Menurutnya bisnis makanan adalah
bisnis yang tidak akan ada matinya. Mika
bersama dua orang kawannya sepakat memulai usaha kuliner Seblak Abah Pasundan
dengan modal empat juta rupiah yang didapat dari PMW 2015. “Seblak
ini kan di Jember belum banyak
yang jual. Kebetulan ada kawan saya yang asli Pasundan yang paham
betul mengenai masakan seblak, kami modifikasi baik dari rasa maupun topping-nya dan jadilah seblak yang enak, nikmat
dan mantap,”
papar mahasiswi Fakultas Sastra
berpromosi. Pilihan membuka usaha seblak juga didorong ketersediaan
bahan baku yang berlimpah,
sehingga memudahkan dalam proses produksi.
Kini, Mika dan kawan-kawan dalam seharinya mampu
memproduksi 30 sampai dengan 40 porsi seblak dengan omset
rata-rata tiga ratus sampai
empat ratus ribu rupiah. “Setiap porsi kami jual dangan harga enam ribu sampai sepuluh ribu rupiah, tergantung dengan
topping dan ukuran porsi yang
diinginkan. Alhamdulillah, selama
ini tidak pernah kosong dari pesanan.
Kami juga membuat perhitungan yang cermat, agar setiap kali produksi tidak ada
sisa, apalagi seblak yang basi,” ujar gadis asal Purbalingga yang lebih memilih
memasarkan seblaknya secara online.(mun/lid/iim)
Posting Komentar